Melanjutkan Kesuksesan Film Pertama, "Yowis Ben 2" Coba Kombinasikan Budaya Indonesia

Gambar terkait
Yofamedia.com, Jakarta - Yowis Ben menjadi salah satu kejutan bagi perfilman Indonesia. Film bergenre komedi yang dirilis pada Februari tahun lalu, berhasil menembus hampir satu juta penonton (935 ribu) selama masa penayangannya.
Sutradara, penulis skenario sekaligus pemeran utama Yowis Ben, Bayu Eko Moektito (24) alias Bayu Skak, mengakui kesuksesan film pertamanya di luar ekspektasi target penonton yang diharapkan.
Yowis Ben pertama review-nya itu bagus-bagus. Belum ada yang kritik. (Kritik) jelek itu nggak ada, semuanya bagus. Nah, ini menimbulkan kekhawatiran buat kami, yang kedua berarti harus lebih bagus lagi. Kita jadi ada beban mental,” papar Bayu.
Didampingi sutradara senior, Fajar Nugros, Bayu berhasil mengemas film keduanya dan mengaku banyak ilmu serta gagasan yang bisa diterapkan untuk pengembangan ide cerita.
“Peran mas Fajar sangat penting dalam film ini. Misalnya dari segi pengambilan gambar, dia tahu apa yang harus dilakukan, kenapa sekarang ada track in, track out. Di situ saya belajar banyak agar drama dan komedinya lebih mantep. Kalau saya lebih (fokus) buat dialog aja,” lanjut Bayu.
Hasil gambar untuk yowis ben 2Yowis Ben 2 merupakan lanjutan dari kisah empat orang remaja; Bayu (Bayu Skak), Doni (Joshua Suherman), Yayan (Tutus Thomson), dan Nando (Brandon Salim). Mereka membentuk grup musik sebagai bukti eksistensi di lingkungan sekolah. Dalam film kedua ini mereka dihadapkan pada peliknya masalah dari masing-masing personel.
Yowis Ben 2 bercerita tentang gimana caranya band ini bisa menguntungkan, kalau (Yowis Ben) pertama pembuktian. Di sini kami ingin membuktikan bahwa band ini bisa menguntungkan buat kami di balik masing-masing (personel) punya problem sendiri-sendiri,” pungkas Bayu.
Meski memiliki alur cerita berbeda, para pemain yang terdiri dari Joshua, Brandon, Tutus, dan Anggika Bolsterli, mengaku tak mengalami kesulitan berarti dalam membangun dialog dengan menggunakan aksen Jawa.
“Kalau kami berempat yang sudah tergabung di Yowis Ben 1 sudah saling kenal dan sudah terbiasa (bahasa Jawa). Dari kebersamaan yang sudah terbentuk, kami lebih mudah menularkan kebiasaan tersebut ke pemain yang baru bergabung di Yowis Ben 2, ada Anggika, Anya, dan juga Laura,” ungkap Joshua.
Hal tersebut diakui oleh Anggika. Perempuan berdarah Indonesia-Swiss yang berperan sebagai Mia dalam Yowis Ben 2, mengaku bahwa dirinya terbantu oleh kekompakan para pemeran yang sudah terlibat di Yowis Ben pertama.
Nggak susah sama sekali, karena mereka orangnya juga enak, keren-keren, ganteng-ganteng, friendly banget, dan saling mengisi. Jadi, enak untuk kerja sama mereka dan aku nggak kesusahan. Padahal, peran aku di sini lumayan jauh beda sama diri aku sebenarnya. Tapi aku berhasil menghidupkan karakter aku menjadi gadis Jawa, bukan gadis Jakarta (peran Anggika selama ini),” imbuh Anggika.
Hasil gambar untuk yowis ben 2Berbeda dengan genre komedi layar lebar di Indonesia pada umumnya, Yowis Ben 2punya pesan yang mengedepankan unsur persatuan di Indonesia. Hal tersebut yang membuat dialek Jawa Timur sangat kental dalam film ini.
“Kenapa menggunakan bahasa Jawa? Karena saya pengin mengajak orang-orang daerah untuk tidak malu dengan kedaerahan kita. Meski banyak yang nggak paham, toh yang penting ada subtitle. Selain itu, kontennya harus bagus dan ceritanya menarik,” cerita Bayu.
Sisi kedaerahan yang dimaksud adalah adanya unsur lintas budaya . Bayu mengambil dua budaya berbeda dalam satu adegan.
“Kita mengombinasikan dua budaya berbeda, ada orang Jawa dan Sunda. PR kami adalah kita harus menjaga (kerukunan) antar keduanya. Karena kita tahu suku Jawa dan Sunda dari dulu sudah terbentur. Ini yang ingin kita hanguskan,” papar Bayu.
Berangkat dari niat tersebut, Bayu tak segan mengambil tokoh dari berbagai suku dan golongan yang sudah menjadi warga negara Indonesia ke dalam filmnya. Misalnya kemunculan Cak Jim (diperankan Timo Scheunemann berdarah Jerman), Anggika Bolsterli (berdarah Swiss), Brandon Salim (berdarah Chinese), dan Laura Theux (berdarah Prancis).
“Karena kita bagian dari republik (Indonesia) jadi ayolah bersatu. Kita saudara semuanya, kita mulai mencoba (menjaga persatuan) melalui film ini. Ini adalah sebuah gerakan yang tulus untuk meredam (isu perbedaan) antargolongan,” tukas Bayu.
Bagi Anda yang ingin keseruan aksi Bayu, Doni, Yayan, Nando, dan Mia dalam mengarungi dinamika hidup sebagai pemain dan bagian hidup dari sebuah band, dapat menyaksikan aksi mereka di bioskop seluruh Indonesia pada 14 Maret 2019. [Lia]





0/Comments = 0 Text / Comments not = 0 Text

Lebih baru Lebih lama
YofaMedia - Your Favourite Media
Ads2