Hanung Bramantyo Luncurkan Film Epik Sultan Agung

Yofamedia.com, Jakarta - Mooryati Soedibyo Cinema hari ini resmi meluncurkan film "Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta", melalui pemutaran perdana di Bioskop Epicentrum XXI, Jakarta Selatan. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini didukung sejumlah aktor ternama Indonesia, antara lain Ario Bayu, Anindia Kusuma Putri (Putri Indonesia 2015 dan Best 15 Miss Universe 2015), Adinia Wirasti, Marthino Lio, dan Putri Marino. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop-bioskop terkemuka di Indonesia pada tanggal 23 Agustus 2018. 

"Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta" adalah film drama kolosal sejarah yang mengangkat kehidupan dan perjuangan Sultan Agung. Sultan Agung adalah Raja Mataram legendaris di abad ke-17 yang mengabdikan hidupnya melindungi rakyatnya dari penjajahan bangsa-bangsa asing.

“Film 'Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta' membawa pesan amanah pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terutama tuntunan dan nilai-nilai perjuangan yang tertuang dalam kisah kehidupan Sultan Agung,” ungkap Pendiri dan Presiden Direktur Mustika Ratu Group serta pendiri Yayasan Putri indonesia dan pendiri Mooryati Soedibyo Cinema, Ibu DR.BRA Mooryati Soedibyo S.S., M.Hum.

"Film Sultan Agung merupakan wujud persembahan kami bagi masyarakat Indonesia, dan upaya kami untuk mewariskan sejarah dan kekayaan warisan budaya bangsa kepada generasi masa kini," ungkap Ibu Mooryati Soedibyo.

Menurut sutradara Hanung Bramantyo, "Film ini menceritakan perjuangan Sultan Agung memerintah Mataram sesuai dengan cita-citanya, dan upayanya mengatasi rintangan-rintangan serta konflik yang timbul dalam kerajaannya."

Film ini juga mengangkat jiwa dan semangat juang Sultan Agung yang tidak mau berkompromi dengan penjajah. "Sikap beliau yang tidak mau berkompromi itulah yang saya berusaha hadirkan dan sampai kini masih saya junjung tinggi," tegas Hanung Bramantyo

Ibu Mooryati Soedibyo berharap film sejarah ini dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, menjadi sumber pengetahuan serta pendidikan generasi masa kini, serta menjadi motivasi bagi para produser dan pekerja-pekerja film lainnya untuk memproduksi film yang mengedepankan kepentingan bangsa Indonesia.

"Upaya menjaga semangat perjuangan dan amanah pahlawan agar tetap hidup di masyarakat adalah tanggung jawab bersama kita semua, dengan berkarya melalui tema-tema yang memiliki semangat nasionalisme, agar film Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta menjadi tamu kehormatan di mancanegara," ungkap Ibu Mooryati Soedibyo. 
Setelah ayahnya, Panembahan Hanyokrowati meninggal, Raden Mas Rangsang yang masih remaja menggantikannya dan diberi gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Ini adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mudah. Sultan Agung harus menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang tercerai berai oleh politik VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen, di bawah panji Mataram. Di sisi lain, ia harus mengorbankan pula cinta sejatinya kepada Lembayung dengan menikahi perempuan ningrat yang bukan pilihannya.

Kemarahan Sultan Agung kepada VOC memuncak ketika ia mengetahui bahwa VDC tidak memenuhi perjanjian dagang dengan Mataram dengan membangun kantor dagang di Batavia. ia pun mengibarkan Perang Batavia sampai meninggalnya JP Coen dan runtuhnya benteng VOC. Selama perjuangan ini, Sultan Agung juga harus menghadapi berbagai pengkhianatan yang terjadi padanya. Itulah secuplik kisah dari film 'Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta'.

Hibah Bangunan Set Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta

Pada tanggal 15 Juli, 2018, Ibu Mooryati Soedibyo di usianya yang ke-90 tahun menghibahkan bangunan set film Sultan Agung yang berlokasi di Desa Gamplong, Sleman, Daerah istimewa Yogyakarta, kepada masyarakat Indonesia, pada tanggal 15 Juli, 2018, dalam acara yang turut dihadiri oleh Presiden Republik lndonesia, Bapak lr. H. Joko Widodo.

Prakarsa tersebut merupakan upaya Ibu Mooryati Soedibyo untuk menyampaikan amanah pahlawan-pahlawan nasional kepada masyarakat Indonesia serta membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Gamplong.

Bangunan set yang terdiri dari Pendopo Keraton Mataram, Songgo Mataram, Benteng VOC, Jembatan Ungkit, Kampung Mataram, dan Kampung Pecinan tersebut mulai dibangun pada tahun 2017, dan selama ini telah menjadi lokasi pengambilan gambar untuk film sejarah 'Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta'. Bangunan tersebut berdiri di atas lahan desa milik pemerintah Desa Sumber Rahayu, yang memberikan izin (ipt/ipl) lahan tersebut kepada pengelola selama 20 tahun. [Lia]










0/Comments = 0 Text / Comments not = 0 Text

Lebih baru Lebih lama
YofaMedia - Your Favourite Media
Ads2