Yofamedia.com, Jakarta - Berbekal pengalaman bekerja di beberapa kedai kopi selama lima tahun, seorang pelaku UMKM muda memberanikan diri membuka kedai kopi sendiri pada Mei 2025. Keputusan itu lahir dari kecintaan pada kopi sekaligus dorongan orang-orang terdekat.
Ia bahkan memilih resign dari pekerjaan lamanya pada awal 2025 agar bisa fokus menata usaha yang sejak awal diniatkan sebagai kedai kecil dengan identitas kuat.
Kedai ini mengandalkan dua menu utama sebagai daya tarik, yakni Eskosurf (es kopi susu) dan aneka moktail. Target pelanggan pun jelas: pecinta kopi dari kalangan mahasiswa hingga eksekutif muda yang membutuhkan tempat singgah praktis dengan rasa yang konsisten dan harga yang bersahabat.
Sebelum memaksimalkan internet, strategi penjualan mereka terbilang sederhana. Konsumen lebih banyak datang dari orang yang melintas di sekitar kedai atau dari jaringan pertemanan terdekat.
Namun di tengah persaingan ketat kedai kopi besar, pemilik menyadari bahwa mengandalkan traffic alami saja tidak cukup untuk menumbuhkan bisnis baru.
Dalam perjalanannya, tantangan muncul dari berbagai sisi. Selain faktor cuaca musim hujan yang kerap memengaruhi jumlah kunjungan fase awal usaha juga diwarnai kebutuhan mencari partner, menentukan lokasi, dan membangun mental untuk mulai menjalankan kedai kopi kecil-kecilan di tengah tren industri yang padat. Situasi sempat semakin berat ketika partner memutuskan berhenti, membuat pemilik harus melanjutkan operasional sendirian.
Sejak hari pertama beroperasi, ia sudah menganggap konektivitas digital sebagai kebutuhan utama. Ia langsung membuat akun Instagram dan WhatsApp Business untuk mengenalkan menu dan membangun komunikasi dengan pelanggan. Untuk mendukung aktivitas tersebut, ia menggunakan paket data IM3 dan layanan HiFi karena dinilai punya jaringan yang kuat, stabil, dan tarif yang lebih terjangkau.
Konektivitas ini digunakan untuk aktivitas harian yang krusial: membalas chat pelanggan, mengunggah konten media sosial, menyusun music playlist di kedai, hingga mengedit foto dan video promosi.
Menurutnya, jaringan yang stabil membuat proses upload konten, pemutaran musik, dan editing berjalan lebih lancar hal kecil yang justru menentukan konsistensi brand di mata pelanggan.
Dampaknya mulai terasa pada performa bisnis. Setelah pemanfaatan digital lebih konsisten, omzet kedai meningkat hingga sekitar 30%. Meski layanan pengiriman belum menjadi fokus, basis konsumennya perlahan meluas.
Pelanggan tidak hanya datang dari area sekitar, tetapi juga dari kota-kota terdekat seperti Bandung, Garut, Ciamis, dan Banjar, menunjukkan bahwa eksposur digital mampu memperpanjang jangkauan sebuah kedai yang masih seumur jagung.
Tak hanya soal angka, pengaruhnya juga terlihat pada efek sosial di lingkungan sekitar. Semakin banyak warga yang mengenal produk mereka, lalu merekomendasikannya kepada kerabat atau teman untuk mencoba menu unggulan. Pola rekomendasi organik ini ikut memperkuat posisi kedai sebagai UMKM baru yang sedang membangun komunitas pelanggan.
Ke depan, pemilik menargetkan peningkatan skala usaha secara bertahap. Ia ingin memiliki tempat sendiri yang lebih nyaman untuk berkumpul, sekaligus menghadirkan inovasi minuman kopi yang lebih bervariasi agar kedai tetap relevan dengan selera pasar muda yang dinamis.
Ia pun mendorong pelaku UMKM lain untuk tidak ragu memanfaatkan konektivitas dari Indosat Ooredoo Hutchison. Menurutnya, jangkauan luas, paket yang terjangkau, dan jaringan stabil bisa menjadi modal penting bagi pelaku usaha kecil untuk memperkuat pemasaran digital.
“Internet lancar, usaha pun lancar,” begitu kira-kira pesan yang ia titipkan sebuah prinsip sederhana yang terasa nyata bagi UMKM yang sedang tumbuh dari level paling dasar. [Lia]

Posting Komentar