YofaMedia.Com, Jakarta - Pada hari Jumat (23/02/2018) Lembaga Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan sebuah penelitian mengenai arah dan corak keberagaman kaum muda muslim Indonesia.
Dalam seminarnya yang di gelar di Hotel Cemara, Jln.Wahid hasyim, Jakarta Pusat ini, menghadirkan pembicara Diantaranya Dr.chaider S.Bamualim dan Dr.Hilman Latief.
Dari hasil penelitian tersebut, Dr. Chaider S. Bamualim, seorang koordinator peneliti, menurutnya,"sikap dan prilaku kaum muda muslim generasi milenial (15-24 tahun) selalu di ikuti dengan kekerasan dan ekstremisme.
Dan ini melibatkan kurang lebih 935-an kaum muda Muslim yang terdiri dari 555 narasumber in-depth interview dan 380 narasumber FGD dengan varian ideologi yang sangat beragam di 18 kota/kabupaten, penelitian ini menemukan bahwa secara umum sikap dan perilaku kaum muda Muslim bisa dikategorikan moderat, namun pada saat yang sama tren konservatisme dengan ciri skriptural plus komunal juga menguat.
Oleh karena itu, menurut Dr.Chaidar,"Yang pertama, akan muncul toleransi komunal dan skriptural ketika kaum muda menggunakan dalil Alquran dan hadits dengan pemahaman yang literal, " ujarnya seraya mengatakan, " bahwa pemahaman ini tidak diikuti dengan kontekstualisasi makna teks sesuai dengan sebab munculnya ayat atau hadits tersebut".
Ia pun menambahkan, "Contohnya, di satu sisi kaum muda yang muslim merasa tidak masalah bergaul dengan siapa saja, "terangnya.
"Yang kedua, toleransi terhadap kewargaan dan pluralisme yaitu toleransi yang berangkat dari nilai-nilai kesetaraan antar warga juga penghormatan terhadap kebebasan asasi yang dimiliki dan dijamin oleh negara," papar Chaidar.
Demi memudahkan pembacaan terhadap sikap dan prilaku kaum muda Muslim, studi ini mengajukan beberapa tema sebagai pandauan wawancara mendalam dan FGD untuk mengukur seperti apa dan sejauh mana derajat dukungan mereka terhadap kekerasan dan esktremisme.
Tema-tema tersebut merentang dari mulai yang paling ringan, misalnya soal pengalaman dan pendidikan kebergamaan, sampai pada yang paling berat seperti kekerasan dan terorisme. Secara spesifik, tema-tema yang diajukan merentang dalam pokok-pokok berikut:
Relijiusitas: pehamahaman keagamaan dan pengalamaan kebergamaan kaum muda Muslim.
Pendidikan dan pembelajaran keagamaan.
Keragaman (diversity) dan toleransi.
kebebasan individu dan Hak Asasi Manusia.
Wawasan kebangsaan (nasionalisme) kaum muda Muslim.
Dan Radikalisme dan ekstremisme.
Dan Chaider menegaskan, "Untuk meminimalisir kaum muda muslim di seluruh Indonesia dari paham ekstrem yaitu memperbanyak dan memperluas dialog dari berbagai kalangan. Bukan hanya kaum muda muslim tetapi dari etnis serta agama," ujarnya.
Menurutnya, "Bertemu dengan hal tersebut para kaum muda muslim bisa mempelajari kelompok lain dengan cara yang lebih terbuka," terangnya.
Namun, Pendidikan dan pembelajaran keagamaan kaum muda Muslim milenial sangat beragam.
Mulai dari pendidikan dalam keluarga, pendidikan formal, informal, dalam lingkungan sosial dan masyarakat secara umum masih digeluti oleh kaum muda Muslim.
Khususnya untuk lembaga pendidikan formal seperti sekolah umum (Sekolah Dasar/SD) dan sekolah agama (Madrasah Ibtidaiyah/MI) dan jenjang-jenjang di atasnya, sekolah-sekolah Islam Terpadu juga menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang relatif menjadi tren.
Kendati demikian, di era milenial, media sosial menjadi sahabat sekaligus tempat bertanya bagi anak muda dalam belajar agama.
Tokoh agama yang digital friendly lebih mudah untuk diterima karena mereka dapat mengakses secara mudah di manapun dan kapan pun mereka menginginkan.
Penelitian ini menemukan bahwa secara umum pengaruh media sosial relatif signifikan mereduksi peran pendidikan agama dalam keluarga dan peran guru agama di sekolah.[Why]
Posting Komentar