Getih Ireng: Teror Santet dan Luka Lama dalam Horor Terbaru Titi Kamal

Yofamedia.com, Jakarta - Dunia perfilman Indonesia kembali diguncang oleh hadirnya film horor terbaru bertajuk Getih Ireng, karya sutradara Tommy Dewo di bawah produksi Rocky Soraya. 

Film ini menjadi hasil kolaborasi empat rumah produksi besar Hitmaker Studios, Legacy Pictures, KAI Pictures, dan DT Films yang dikenal kerap menghadirkan tontonan bergenre misteri dan supranatural dengan standar produksi tinggi.

Kisah dalam Getih Ireng terinspirasi dari thread viral di platform X (Twitter) karya akun JeroPoint, yang sebelumnya sempat menghebohkan jagat maya karena detail kisahnya yang mencekam dan berakar pada budaya santet Jawa. 

Cerita ini kemudian dikembangkan menjadi skenario film layar lebar yang mengangkat sisi kelam hubungan manusia dengan dunia gaib melalui kisah sebuah keluarga muda.

Film ini menampilkan Titi Kamal dan Darius Sinathrya sebagai pasangan suami istri, Rina dan Pram, yang hidup damai setelah pindah ke daerah Wonosobo, Jawa Tengah. 

Keduanya tengah berjuang mendapatkan keturunan, namun kebahagiaan itu berubah menjadi teror setelah kehadiran sosok kakek misterius yang muncul di acara syukuran rumah mereka. 

Sosok tersebut juga menghantui Rina dalam mimpi, melemparkan tanah dan menatap dengan ekspresi menyeramkan. Tak lama kemudian, Rina mengalami keguguran berulang kali membuatnya yakin bahwa keluarga mereka menjadi korban santet Getih Ireng, ilmu hitam yang menarget darah dan keturunan.

Sementara Pram berusaha berpikir rasional, serangkaian kejadian aneh mulai menggoyahkan keyakinannya. Mereka lalu berusaha mencari tahu siapa dalang di balik santet tersebut, hingga akhirnya terseret dalam pusaran kutukan dan rahasia masa lalu yang menyeramkan. 

Cerita semakin tegang ketika sosok spiritual bernama Mawar, diperankan oleh Sara Wijayanto, hadir untuk membantu mengungkap misteri di balik teror yang terus menghantui keluarga itu.

Dalam wawancara bersama sejumlah media, Titi Kamal mengungkapkan bahwa proses mendalami karakter Rina menjadi salah satu pengalaman paling emosional sepanjang kariernya. 

Ia mengaku harus menggali kembali pengalaman pribadi ketika pernah mengalami keguguran di dunia nyata. “Ada beberapa adegan yang terasa berat secara emosional karena mengingatkan saya pada momen kehilangan itu. Tapi saya jadikan rasa itu sebagai kekuatan untuk memperdalam karakter,” ujar Titi.

Selain tantangan emosional, Titi juga dihadapkan pada kesulitan teknis. Demi memperkuat nuansa lokal, ia harus berbicara dengan logat Wonosobo, lengkap dengan pelatihan dialek selama proses syuting. “Saya ingin tampil seautentik mungkin. Tidak hanya dari ekspresi, tapi juga dari cara bicara dan gestur,” tambahnya.

Film Getih Ireng bukan hanya menawarkan kengerian visual khas film horor, tetapi juga menghadirkan lapisan cerita yang menyentuh sisi kemanusiaan tentang kehilangan, ketakutan, dan kekuatan cinta di tengah ancaman gaib. 

Visual gelap, tata suara yang intens, serta atmosfer pedesaan yang mistis membuat film ini membawa penonton seolah masuk ke dalam dunia spiritual yang menegangkan.

Rencananya, Getih Ireng akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 16 Oktober 2025. Produser Rocky Soraya menyebut film ini sebagai “perpaduan antara horor klasik dan kisah keluarga modern” yang diharapkan bisa membuka dimensi baru dalam perfilman horor Tanah Air.

Dengan naskah yang kuat, akting emosional dari jajaran pemain utama, serta nilai produksi yang matang, Getih Ireng diyakini akan menjadi salah satu film horor Indonesia paling diperbincangkan tahun ini. 

Film ini bukan hanya soal rasa takut tetapi juga tentang trauma, kepercayaan, dan bagaimana manusia menghadapi ketidakjelasan antara dunia nyata dan yang tak kasat mata. [Lia]

0/Comments = 0 Text / Comments not = 0 Text

Lebih baru Lebih lama
YofaMedia - Your Favourite Media
Ads2