Dari Jual Koleksi Sepatu Sampai Ngamen, Ini Cerita Fajar Nugra, Sadana Agung dan Radhika Djamil Pas Kepepet Butuh Uang!

Yofamedia.com, Jakarta - Kalau hidup itu sinetron, babak “kepepet butuh uang” pasti pernah dimainkan semua orang. Fajar Nugra, Randhika Djamil, dan Sadana Agung juga pernah ada di titik itu fase ketika isi dompet nyaris kosong, kerjaan seret, tapi kebutuhan hidup terus berjalan.

Masing-masing punya cara sendiri untuk bertahan, dan semua punya batas tegas: jangan nyakitin orang lain, jangan ambil jalan pintas yang merugikan diri sendiri atau orang lain.

Di balik semua itu, mereka juga menyimpan cerita-cerita mistis entah pengalaman pribadi, atau sekadar cerita dari orang terdekat yang bikin mereka mikir ulang soal pesugihan dan hal-hal gaib yang katanya bisa ‘bikin kaya mendadak’.

Di tengah promo film horor-komedi Warung Pocong, ketiganya justru buka-bukaan soal fase paling gelap dalam hidup mereka.

Fajar Nugra: Dari 8 Ribu, Pinjol, Sampai Rumah Pesugihan

Buat Fajar Nugra, titik paling rendah dalam hidupnya adalah ketika pandemi Covid-19 melanda. Semua job stand-up dibatalkan, pemasukan terhenti total, bahkan di dompetnya cuma tersisa delapan ribu rupiah. “Untungnya masih tinggal sama orang tua, jadi nggak sampai kelaparan,” katanya. Harapan datang dari satu-satunya job endorse yang nyangkut di masa itu. Dari situ, Fajar mulai membenahi media sosialnya, dan pelan-pelan bangkit lagi.

Dibalik sikap santainya, Fajar ternyata punya prinsip keras soal utang: nggak mau ngutang, dan nggak mau diutangin. Tapi hidup berkata lain. Karena kepepet, ia sempat mengambil pinjaman online (pinjol). “Itu bener-bener bikin hidup nggak tenang. Rasanya kayak dikejar-kejar sesuatu tiap hari.” Begitu ada rezeki, pinjol langsung dilunasi tanpa pikir panjang. Kapok? Iya, banget.

Nggak cuma itu, saking kepepetnya, Fajar bahkan rela menjual koleksi sepatu Converse kesayangannya—yang nyaris semua warna sudah ia punya. “Saking sayangnya, dulu gue sampe liatin terus sepatunya sebelum tidur,” kenangnya. Tapi, lagi-lagi karena kepepet, seluruh koleksi itu dijual.

Sejak saat itu, Fajar sadar kalau lagi kepepet, manusia bisa ngelakuin apa aja. Bahkan yang nggak masuk akal sekalipun. Dan salah satu pengalaman soal “jalan keluar aneh” itu datang dari masa kecilnya.

Dulu, Fajar dan teman-temannya pernah iseng masuk ke sebuah rumah kosong di lingkungan tempat tinggalnya. Rumah besar yang katanya tempat menggandakan uang. “Ada ruangan rahasia di balik tembok yang dipasang wallpaper. Isinya kertas-kertas aneh, ruangannya baunya kemenyan,” ceritanya. Yang bikin makin nggak masuk akal, rumah itu dulu kelihatan gede banget. Tapi begitu dibongkar, ternyata kecil. “Gue nggak ngerti itu arsiteknya jago, atau emang ada ilmunya.” jelas Fajar.

Fajar nggak sepenuhnya percaya tentang pesugihan, tapi pengalaman itu cukup bikin dia mikir ulang. Mitos pesugihan yang sempat ia ragukan, justru terasa masuk akal. “Beneran nggak sih ada yang kayak gitu?”

Randhika Djamil dan Prinsip Hidup: Jangan Tumbalin Siapa-Siapa Demi Cuan

Bagi Randhika Djamil, fase paling kepepet secara finansial datang di tahun 2018. Saat itu, ia baru berhenti dari radio dan satu-satunya pemasukan hanya dari stand-up dan MC—yang sayangnya, nggak selalu ada. Selama enam bulan, dia hidup tanpa penghasilan. “Waktu itu beneran kepepet, harus bayar kosan, harus kirim uang ke keluarga di Bandung,” kenangnya. Tapi kepepet bukan hal baru buat Randhika. Waktu SMA, demi bisa beli sesuatu yang diinginkan, dia pernah ngamen dan jual bunga di Dago. Prinsipnya, selama masih bisa usaha, ya usaha. Salah satunya waktu ia coba bisnis jual beli Blackberry tanpa modal, demi ngumpulin uang nikah. “Awalnya untung, tapi lama-lama banyak yang minta retur. Jadi rugi, hahaha.”

Soal pesugihan, Randhika nggak menyangkal pernah dengar kisah-kisah horor seputar itu. Dari cerita teman tentang sebuah keluarga yang ayahnya terlibat pesugihan lalu kehilangan keluarganya satu per satu, sampai bayangan soal “tumbal” yang langsung muncul tiap kali istilah itu disebut. “Tumbal itu kan berarti harus ada yang dikorbankan, dan selama itu nyangkut ke istri atau anak, gue nggak akan pernah sanggup. Selama masih bisa jual barang atau nawarin jasa, gue bakal usaha sendiri.”

Pesan dari Randhika buat yang lagi kepepet butuh uang: jangan langsung cari jalan pintas. Coba buka obrolan ke orang-orang terdekat, jual barang yang ada, atau manfaatin platform kayak Kitabisa atau Saweria. “Joget-joget dikit juga nggak apa-apa, yang penting halal. Semoga dijauhkan dari pesugihan dan utang yang numpuk, ya!”

Sadana Agung: Dari Jualan Setip Buat Ongkos Pulang Sampai Jadi Joki Skripsi

Sadana Agung mungkin jadi contoh bahwa kreativitas bisa muncul dari kondisi paling kepepet. Waktu SD, dia pernah kehabisan uang gara-gara kebanyakan jajan, padahal harus pulang naik bus. Solusinya? Jualan penghapus ke teman-teman sekolah demi ongkos pulang.

“Jualan setip buat ongkos pulang sih udah paling aneh,” ujarnya sambil ketawa. Saat beranjak dewasa, kreativitas darurat itu berlanjut. Pernah, karena lagi butuh uang buat beli sesuatu yang diincar, Sadana sempat jadi joki skripsi. Bukan karena malas, tapi karena tahu dirinya bisa, dan butuh uang.

Soal pesugihan, Sadana dulu sempat percaya. Tapi makin ke sini, makin merasa logikanya nggak masuk. “Zaman sekarang udah banyak cara dapet uang. Nggak perlu sampe aneh-aneh.” Meski begitu, cerita-cerita seputar pesugihan tetap menarik perhatiannya—terutama kisah temannya yang diduga pakai penglaris. “Katanya harus ritual dulu biar bisnis warungnya laris banget. Awalnya gue nggak percaya, tapi warungnya beneran jadi rame.” Tapi apapun itu, prinsip Sadana jelas: jangan sampai kita menyakiti atau merugikan orang lain demi uang. Kalau lagi kepepet banget butuh uang, kerja sebisa mungkin, siapin dana darurat, dan jangan tergoda pinjol.

Ternyata, dibalik tawa mereka, tiga komedian ini juga pernah ngerasain betapa gilanya dunia saat kita kepepet butuh uang. Bedanya, mereka memilih waras di tengah tekanan, walau dengan cara yang kadang nggak masuk akal juga. Dari cerita mereka, kita jadi sadar bahwa semua orang pernah nyari jalan pintas, tapi nggak semua harus belok ke jalan gelap. Kadang, sedikit nekat dan banyak ngakak bisa jadi solusi paling manusiawi.

Kalau dari cerita hidupnya aja udah penuh drama dan hal gak masuk akal, kayak apa jadinya mereka di Warung Pocong?

Pantengin terus update film Warung Pocong di akun media sosial Instagram @filmwarungpocong. [Lia]

0/Comments = 0 Text / Comments not = 0 Text

Lebih baru Lebih lama
YofaMedia - Your Favourite Media
Ads2