“Karakter Cream ini dari awal sampai habis memang susah. Susahnya adalah karena banyak layer-layer emosi yang harus dibawakan,” ujarnya dalam konferensi pers film Tak Ingin Usai Disini, di Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Dalam film, Cream diceritakan sebagai sahabat dekat dari karakter K, yang telah bersahabat sejak SMA hingga mereka bekerja. Mereka hidup bersama, sama-sama yatim piatu, dan saling mengisi kekosongan satu sama lain.
Menurut Vanesha, kesulitan utama justru datang dari upaya menjaga ekspresi Cream tetap tampak tegar di hadapan sahabatnya. Padahal, secara emosional, Cream digambarkan sebagai sosok yang terluka dan rapuh.
“Cream nih kayak harus happy-happy di depan K dan teman-temannya padahal sebenernya dia juga rapuh,” katanya. Penonton kemudian akan menyadari bahwa semua keceriaan Cream hanyalah kedok dari luka yang mendalam.
Ia mengungkapkan, salah satu scene yang paling berat untuk disampaikan adalah saat plot twist utama dalam film terungkap. Momen ini disebut Vanesha sebagai titik emosional tertinggi dalam perjalanan karakter Cream.
“Dan mungkin ya scene yang susah untuk dideliver ada di plot twist tersebut,” katanya. Ia menyebut adegan itu sangat menantang karena di satu sisi, ia harus merelakan tapi hatinya sangat mencintai K.
Meski saling mencintai, hubungan Cream dan K tidak pernah tersampaikan dengan jelas karena kondisi dan situasi yang rumit. Justru perpisahan menjadi akhir dari kisah yang penuh harapan, luka, dan keterikatan batin. [Red]
Posting Komentar