New Normal diberlakukan untuk kembali menggerakkan roda perekonomian yang selama ini tertahan karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Menurut Kris Tjantra selaku bendahara Gerakan Seribu Untuk Indonesia, pra-syarat utama dari new normal ialah masalah mental dan kedisiplinan. Gerakan Seribu Untuk Indonesia akan tetap menggaungkan bahwa persiapan mental penting dilakukan untuk memasuki new normal. Hal ini agar dapat mencegah diri dari tingkat stress yang timbul karena beradaptasi dengan gaya hidup baru.
"Lalu persoalan kedisiplinan juga mutlak menjadi syarat penting lainnya bagi keberhasilan penerapan new normal nantinya. Salah satunya adalah dengan tetap mengikuti protokol yang telah ditetapkan pemerintah, seperti jangan berkerumun dengan banyak orang, dan juga jangan lupa memakai masker jika ingin bepergian. Untuk itu, Gerakan Seribu Untuk Indonesia tak henti-hentinya mendistribusikan masker ke beberapa wilayah yang masuk ke dalam zona merah penyebaran Covid-19 di Indonesia. Sebanyak 10.000 masker sedang on progres dibagikan ke wilayah-wilayah tersebut," ujar Kris.
Berbicara mengenai dampak dari wabah Covid-19, tentunya kepariwisataan menjadi sektor yang paling merasakan dampaknya. Banyak sekali hotel atau tempat penginapan di daerah wisata yang merumahkan karyawannya, bahkan tidak sedikit hotel atau tempat penginapan tersebut yang terancam akan ditutup permanen.
"Maka dari itu kemarin kami sudah berembuk dan sedang mengolah bantuan-bantuan apa saja yang akan didistribusikan kepada mereka. Karena kami tidak mau apa yang kami berikan itu menjadi tumpang tindih dengan bantuan yang berasal dari pemerintah. Karena kami hanya ingin menjadi partner pemerintah. Di mana ada bagian yang belum mampu dijangkau bantuan dari pemerintah, maka kami akan masuk ke wilayah tersebut. Jadi akan saling melengkapi," tambah Kris.
"Gerakan Seribu Untuk Indonesia juga telah menghubungi Dirjen Kepariwisataan, dan kami coba mengajukan bantuan kepada mereka dengan terlebih dahulu menanyakan wilayah-wilayah mana saja yang masih memerlukan bantuan. Lalu mereka berjanji secepatnya akan memberikan data-data tersebut kepada kami, baik itu data-data mengenai wilayah mana saja yang terdampak maupun berapa jumlah pekerja di bidang kepariwisataan tersebut yang ikut terdampak. Minggu depan diharapkan kami sudah mendapat data-data tersebut," sambung Kris.
Shata, perwakilan/koordinator dari Hotel Karawaci |
Namun rupanya Gerakan Seribu Untuk Indonesia tetap berinisiatif memberikan bantuan kepada para pekerja di sektor wisata tersebut, khususnya para tenaga kerja lepas atau outsourcing yang bekerja di hotel, restoran, maupun kafe.
"Ada total lima daerah yang kami berikan bantuan. Namun untuk hari ini kami salurkan bantuan ke dua wilayah terlebih dahulu, yang pertama yakni di wilayah dekat Pondok Pinang atau Bintaro, dan yang kedua adalah di wilayah Bekasi. Semuanya para pekerja yang terdampak di sektor pariwisata, para pekerja guide, dan pekerja travel," ujar Koko.
Koko mengakui bahwa Gerakan Seribu Untuk Indonesia memang belum besar, namun dirinya berharap bahwa semangat yang dimiliki GSUI bisa memancing gerakan serupa dari Sabang sampai Merauke, bahkan dunia.
"Bisa kita lihat, mungkin saat ini satu-satunya channel YouTube yang melibatkan lima benua ya hanya channel YouTube milik GSUI. Jadi kami ada pembicara dari benua Asia, Eropa, Amerika, bahkan dari benua Afrika. Jadi mari bersama-sama kita berkolaborasi sekaligus bergotong-royong" ajak Carl Ideas selaku sekretaris dari GSUI.
Carl Ideas turut menambahkankan bahwa Gerakan Seribu Untuk Indonesia memang lahir untuk merespon wabah Covid-19 yang terjadi saat ini, akan tetapi ke depannya Gerakan Seribu Untuk Indonesia akan terus hadir untuk memberikan impact positif bagi bangsa ini.
"Karena gerakan ini akan tetap ada hingga ribuan tahun ke depan. Selama Indonesia ada, maka gerakan ini juga akan tetap ada. Pokoknya gerakan ini akan selalu merespon keadaan aktual bangsa saat itu. Kita akan terus memberi energi positif berupa dukungan dan semangat bagi bangsa ini. Dan gerakan ini sifatnya juga adaptif, maksudnya karena saat ini zaman millenial, maka gerakan ini juga otomatis menyentuh platform-platform seperti channel YouTube atau media sosial seperti Instagram. Gerakan ini juga bersifat kolaboratif, maka kami turut melahirkan karya bersama berupa lagu Panggilan Untuk Indonesia, yang kami kampanyekan hingga saat ini," terang Carl.
Gerakan Seribu Untuk Indonesia juga tidak bosan-bosannya menghaturkan ucapan terima kasih kepada para donatur yang selalu setia mendukung gerakan ini, seperti Yusoff Family yang berasal dari Singapura, lalu Rotary Club, Cahaya Peduli, dan A-Z Solusindo yang berasal dari Jakarta.
"Dua minggu lalu kami juga menerima donasi dari Makassar dan Belanda. Intinya, kami tidak melihat besar-kecilnya bantuan, tetapi semangatnya ini yang harus kita jaga. Jadi, budaya lah yang sebenarnya mempersatukan kita semua" pungkas Carl. [Lia]
Posting Komentar