Yofamedia.com, Jakarta - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI
Jakarta menyelenggarakan Pagelaran Seni Budaya Balaikota, di halaman gedung
Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat. Pagelaran Seni Budaya Balaikota menampilkan berbagai jenis pementasan, mulai
dari silat, lenong, gambang kromong, dan tarian khas Betawi.
Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Gumilar
Ekalaya mengatakan, Pagelaran Seni Budaya Balaikota ini digelar untuk
menunjukkan bahwa Balai Kota DKI Jakarta bisa menjadi ruang publik yang dapat
diakses oleh warga Jakarta. Salah satunya adalah dengan ditampilkannya seni dan
budaya yang ada di Jakarta.
“Pagelaran ini merupakan gagasan dari Pak Anies Baswedan selaku Gubernur DKI
Jakarta. Pak Anies berkeinginan, bahwa Balai Kota tak hanya berfungsi sebagai
kantor pemerintahan, tetapi juga harus berfungsi sebagai ruang interaksi bagi
warga masyarakat. Dengan adanya panggung ini diharapkan balai kota tidak garing
ya, jadi semua elemen masyarakat, komunitas, dan pelaku seni dapat berkumpul di
sini, berkarya dan saling bertukar informasi sehingga Balai Kota ini bisa lebih
hidup,” ujar Gumilar kepada awak media, Jumat (18/10/2019).
Rencananya, acara ini akan rutin diadakan sebulan sekali. Agar dapat
mengakomodir seluruh insan pelaku seni, khususnya seni Betawi. “Semua aktivitas
seni budaya akan kita tampilkan di sini. Tapi kita fleksibel, bisa diadakan di
pekan ketiga, kedua, nanti kita liat situasi dan kondisinya,” tambah Gumilar.
Gumilar menjelaskan, tujuan diadakannya pagelaran ini agar kota Jakarta bukan
hanya menjadi kota yang maju tapi juga warganya turut bahagia. "Kebahagian
warga bisa diraih diantaranya dengan menyaksikan hiburan atau pentas seni
budaya yang tampil di ruang-ruang ketiga," terangnya.
Menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyediakan banyak ruang
publik. Ruang publik itu tidak boleh kosong, harus diisi dengan kegiatan seni
dan budaya seperti malam hari ini."Ruang publik ini menjadi tempat
interaksi komunikasi antar warga kota, warga perlu untuk bahagia hidupnya. Ini
salah satu wujud misi Maju Kotanya dan Bahagia Warganya," ungkapnya.
Gumilar berharap, agar kegiatan dapat terus berlangsung secara rutin dan
lancar, dan agar masyarakat bisa lebih mengetahui adanya acara ini, sehingga
bisa lebih ramai lagi ke depannya. “Lalu bagi masyarakat atau komunitas yang
ingin berpartisipasi dalam acara ini, bisa menghubungi kami langsung selaku
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, silahkan saja, nanti kita bisa berkolaborasi,”
tutup Gumilar.
Anwar Al Batawi, Ketua Umum ASTRABI (Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia)
Sementara itu, Anwar Al Batawi selaku Ketua Umum ASTRABI (Asosiasi Silat
Tradisi Betawi Indonesia) mengaku cukup berbangga karena Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan DKI Jakarta mengundang ASTRABI untuk terlibat dalam pagelaran kali
ini.
“Karena kami adalah bagian dari budaya Betawi maka apa yang kami berikan adalah
bentuk kontribusi kami terhadap Pemprov DKI bahwa ASTRABI ada untuk siapapun.
Jadi ketika kami dibutuhkan pasti kami akan turun, ketika kami dibutuhkan pasti
kami akan membantu. Kami juga berharap suatu saat kami diberi ruang agar kami
bisa berekspresi lebih jauh. Kenapa? Karena apa yang kami lakukan sebenarnya
tidak hanya untuk DKI Jakarta, tapi ASTRABI sudah sampai ke tingkatan
internasional,” terang Anwar.
Anwar berharap bahwa ASTRABI bisa menjadi bagian yang terus diperhatikan oleh
Pemprov DKI Jakarta, baik itu oleh Disparbud ataupun Dispora DKI Jakarta.
Karena menurutnya, ASTRABI bukan hanya sekedar wadah untuk mengembangkan silat
Betawi, tetapi juga wadah untuk membangun industri kecil, “Oleh karena itu saya
berharap Dinas Perindustrian juga mau melirik kami, karena apa yang kami
lakukan adalah bagaimana silat dan seni bisa menjadi industri baru di Jakarta.”
tambahnya.
Anwar juga mendorong agar Gubernur Anies Baswedan segera mem-PERGUB-kan yang
kaitannya dengan silat menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah, karena
menurutnya hal tersebut penting untuk jati diri Jakarta dan Betawi.
“Karena saat ini perkembangan silat tradisi Betawi cukup pesat. Bahkan dari luar
daerah bahkan luar negeri pun banyak yang ingin tahu dan belajar tentang silat
Betawi, yang selama ini diumpetin di kamarnya masing-masing. Mereka mulai
berani keluar karena mereka ingin mengekspresikan kemampuan mereka. Namun,
tetap diharapkan pemerintah daerah bisa memberikan ruang lebih banyak lagi
kepada kami yang pada akhirnya tujuan kami adalah prestasi,” pungkas Anwar.
[Lia]
Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Gumilar Ekalaya mengatakan, Pagelaran Seni Budaya Balaikota ini digelar untuk menunjukkan bahwa Balai Kota DKI Jakarta bisa menjadi ruang publik yang dapat diakses oleh warga Jakarta. Salah satunya adalah dengan ditampilkannya seni dan budaya yang ada di Jakarta.
“Pagelaran ini merupakan gagasan dari Pak Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta. Pak Anies berkeinginan, bahwa Balai Kota tak hanya berfungsi sebagai kantor pemerintahan, tetapi juga harus berfungsi sebagai ruang interaksi bagi warga masyarakat. Dengan adanya panggung ini diharapkan balai kota tidak garing ya, jadi semua elemen masyarakat, komunitas, dan pelaku seni dapat berkumpul di sini, berkarya dan saling bertukar informasi sehingga Balai Kota ini bisa lebih hidup,” ujar Gumilar kepada awak media, Jumat (18/10/2019).
Rencananya, acara ini akan rutin diadakan sebulan sekali. Agar dapat mengakomodir seluruh insan pelaku seni, khususnya seni Betawi. “Semua aktivitas seni budaya akan kita tampilkan di sini. Tapi kita fleksibel, bisa diadakan di pekan ketiga, kedua, nanti kita liat situasi dan kondisinya,” tambah Gumilar.
Gumilar menjelaskan, tujuan diadakannya pagelaran ini agar kota Jakarta bukan hanya menjadi kota yang maju tapi juga warganya turut bahagia. "Kebahagian warga bisa diraih diantaranya dengan menyaksikan hiburan atau pentas seni budaya yang tampil di ruang-ruang ketiga," terangnya.
Menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyediakan banyak ruang publik. Ruang publik itu tidak boleh kosong, harus diisi dengan kegiatan seni dan budaya seperti malam hari ini."Ruang publik ini menjadi tempat interaksi komunikasi antar warga kota, warga perlu untuk bahagia hidupnya. Ini salah satu wujud misi Maju Kotanya dan Bahagia Warganya," ungkapnya.
Gumilar berharap, agar kegiatan dapat terus berlangsung secara rutin dan lancar, dan agar masyarakat bisa lebih mengetahui adanya acara ini, sehingga bisa lebih ramai lagi ke depannya. “Lalu bagi masyarakat atau komunitas yang ingin berpartisipasi dalam acara ini, bisa menghubungi kami langsung selaku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, silahkan saja, nanti kita bisa berkolaborasi,” tutup Gumilar.
Anwar Al Batawi, Ketua Umum ASTRABI (Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia) |
Sementara itu, Anwar Al Batawi selaku Ketua Umum ASTRABI (Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia) mengaku cukup berbangga karena Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta mengundang ASTRABI untuk terlibat dalam pagelaran kali ini.
“Karena kami adalah bagian dari budaya Betawi maka apa yang kami berikan adalah bentuk kontribusi kami terhadap Pemprov DKI bahwa ASTRABI ada untuk siapapun. Jadi ketika kami dibutuhkan pasti kami akan turun, ketika kami dibutuhkan pasti kami akan membantu. Kami juga berharap suatu saat kami diberi ruang agar kami bisa berekspresi lebih jauh. Kenapa? Karena apa yang kami lakukan sebenarnya tidak hanya untuk DKI Jakarta, tapi ASTRABI sudah sampai ke tingkatan internasional,” terang Anwar.
Anwar berharap bahwa ASTRABI bisa menjadi bagian yang terus diperhatikan oleh Pemprov DKI Jakarta, baik itu oleh Disparbud ataupun Dispora DKI Jakarta. Karena menurutnya, ASTRABI bukan hanya sekedar wadah untuk mengembangkan silat Betawi, tetapi juga wadah untuk membangun industri kecil, “Oleh karena itu saya berharap Dinas Perindustrian juga mau melirik kami, karena apa yang kami lakukan adalah bagaimana silat dan seni bisa menjadi industri baru di Jakarta.” tambahnya.
Anwar juga mendorong agar Gubernur Anies Baswedan segera mem-PERGUB-kan yang kaitannya dengan silat menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah, karena menurutnya hal tersebut penting untuk jati diri Jakarta dan Betawi.
“Karena saat ini perkembangan silat tradisi Betawi cukup pesat. Bahkan dari luar daerah bahkan luar negeri pun banyak yang ingin tahu dan belajar tentang silat Betawi, yang selama ini diumpetin di kamarnya masing-masing. Mereka mulai berani keluar karena mereka ingin mengekspresikan kemampuan mereka. Namun, tetap diharapkan pemerintah daerah bisa memberikan ruang lebih banyak lagi kepada kami yang pada akhirnya tujuan kami adalah prestasi,” pungkas Anwar. [Lia]
Posting Komentar