Kementerian Agama Konsisten Menggelar Moderasi Beragama Demi Terciptanya Keharmonisan Bangsa

Yofamedia.com, Jakarta - Ketika sejumlah pemuda mendirikan Budi Utomo di tahun 1908, apa sebenarnya yang mereka pikirkan? Mereka sebenarnya boleh dibilang kaum elit pada masa itu. Mereka adalah pelajar di Sekolah Kedokteran Stovia. Sangat sedikit penduduk negeri ini yang bisa bersekolah di masa itu. Anak-anak muda yang tercerahkan ini menyadari satu hal, yaitu mereka harus berkontribusi untuk bangsa mereka sendiri. 

Pada masa itu agenda terpenting adalah membangun kesadaran sebagai bangsa. Bukan hanya pada masa itu, kebutuhan untuk menyatukan kesadaran bahwa kita satu bangsa, terdiri dari berbagai suku dan agama, memilih untuk berbagi ruang hidup di bawah naungan NKRI selalu relevan dan penting sampai saat ini.

Salah satu pihak yang memiliki andil besar dalam menyatukan kesadaran tersebut ialah para budayawan. Pernyataan tersebut terlontar dari Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI, Dr. H. Nifasri, Mpd dalam acara talk show Moderasi Beragama dan Semangat Kebangsaan Nasional bersama Seniman dan Budayawan pada hari Senin, (24/05/2021).

"Nah, memang kita sedang merancang bahwa selama ini dari Kementerian Agama RI mengumpulkan pemikiran para tokoh tokoh agama, tokoh budaya, serta tokoh masyarakat. Kenapa sih kita perlu menjaga kerukunan beragama di Indonesia? Keberagaman beragama, suku, bahasa harus mengusahakan bagaimana supaya antara satu pemeluk agama dengan agama lainnya itu bisa bersatu bisa saling menghormati saling menghargai," terangnya.

Nifasri melanjutkan, bahwa tujuan dari kerukunan adalah untuk melawan sayap ekstrem yang bersikap intoleransi. “Kita ketahui bahwa model beragama yang berbeda-beda, namun tetap serasi dan menjaga keharmonisan beragama. Kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara kita harus menghormati ketika beribadah. Kita konsisten agama kita masing-masing tetapi kita menghargai saudara-saudara kita dalam melaksanakan ajaran agamanya itu,” lanjutnya.

Nifasri juga menambahkan, terdapat 4 indikator dari Moderasi Beragama yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal. Jika keempat indikator ini melekat pada diri masing-masing, maka akan menjadi kekuatan bagi bangsa kita.

“Orang yang sudah moderat dalam beragama akan melaksanakan aturan-aturan yang ada, menghormati orang lain, menolak kekerasan dan sebagainya. Moderasi Beragama ini mengembalikan kepada diri kita bagaimana agama ini bisa menjadi kekuatan untuk kemajuan bangsa kita,” tambah Nifasri.

Ia berharap, ke depannya moderasi agama dapat dijadikan komitmen dan konsisten dalam pengimplementasiannya. "Kementerian Agama akan terus mengembangkan moderasi beragama ini sambil menunggu Peraturan Presiden dikeluarkan," pungkasnya. [Red]

0/Comments = 0 Text / Comments not = 0 Text

Lebih baru Lebih lama
YofaMedia - Your Favourite Media
Ads2