RIANTO DAN NANI TOPENG LOSARI CIREBON MENDUNIA DAN MEMUKAU BELGIA


Yofamedia.com, Jakarta, 17 November 2017
EUROPALIA ARTS FESTIVAL INDONESIA
Europalia adalah festival budaya internasional yang pertama kali diselenggarakan di Brussels pada tahun 1969 serta telah diikuti oleh banyak negara di dunia.

Indonesia merupakan negara Asia ke empat, setelah sebelumnya China, Jepang, dan India. Bahkan Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang ditunjuk untuk menjadi negara tamu di Europalia Arts Festival.

Dalam pagelaran yang berlangsung selama empat bulan mulai dari 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018, Indonesia menampilkan teater, tari, musik, sastra literasi, film, seni pertunjukkan, dan gastronomi. Bersama dengan delegasi Indonesia, Europalia menjadi wadah yang dipersembahkan oleh pemerintah dan rakyat
Indonesia pada ajang yang menampilkan seni budaya tradisional dan kontemporer.

Seni dan budaya Indonesia yang bertajuk ‘Rampai Indonesia’, akan menampilkan pameran maupun pertunjukan di beberapa kota di Belgia dan 6 (enam) negara Eropa lainnya yaitu Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Austria, Polandia.

Untuk pameran di Belgia kali ini, akan ada seni pertunjukkan dari dua perupa tanah air, Rianto (Medium) dan Nani Topeng Losari Cirebon (Mask Dance).
Mereka akan tampil pada Selasa, 21 November 2017 di Theatre de Liege, Liege, Belgia.

Nani Topeng Losari Cirebon – Mask Dance. Penari topeng Losari saat ini, Nur Anani M Irmanatau yang lebih dikenal sebagai Nani Topeng Losari, adalah penari topeng generasi ketujuh.

Dia adalah cucu Ibu Dewi Sawitri, maestro tari Topeng Losari. Nani selalu menari dengan mata tertutup dan tidak pernah peduli dengan jumlah penonton karena untuk penari topeng Losari, menari ada di dalam doa kepada Tuhan, Bumi, dan tubuh.

Tari Topeng Losari memiliki karakteristik yang berbeda dengan gaya tari topeng Cirebon lainnya, dari hal latar belakang, karakterisasi, koreografi, fashion, ekspresi wajah topeng, musik serta prosedur presentasi.

Tari Topeng Losari memiliki tiga ciri khas diantaranya Galeyong, Naga Seser dan Gantung Sikil (menyerupai sikap Kathakali di India dan sikap Hanging Leg sangat mirip dengan kaki patung dewa Siwa sebagai Nataraja dari India), yang membutuhkan penari yang menunjukkan telapak kakinya ke samping.
Di topeng Losari yang berbentuk box dan nayaga (gamelan player) berfungsi sebagai pusat atau tolok ukur energi.

Rianto – Medium. Rianto adalah direktur artistik Dewandaru Dance Company di Tokyo, Jepang. Ia belajar menari di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, dan secara intensif menggeluti tarian Lengger dari Banyumas
sejak usia muda.

Rianto tinggal di Tokyo sejak tahun 2003, di sana ia mengembangkan praktik koreografi yang berbeda, meski tetap bertahan dari tradisi yang dia sayangi. 

Ia telah tampil dengan koreografer tersohor, termasuk Akiko Kitamura (Jepang), Sen Hea Ha (Korea), dan Chen Shi Zheng (China).

Tarian Medium yang akan ia bawakan, menurut Rianto, adalah gerak perjalanan tubuhnya. Sebuah tarian tanpa narasi, ini adalah tarian di antara: antara laki-laki dan perempuan, antara sadar dan tanpa sadar.

Rianto mempelajari tarian 'lengger' yang melampaui dari para empu tua di wilayah asalnya.

Karena tradisi ini mendapat tekanan dari agama dan politik, dia berjuang untuk melestarikan karya budaya tersebut. 

Ruang di antara ruang yang diwakili oleh tarian tersbeut meliputi ruang antara pria dan wanita, antara kebiasaan kuno dan prinsip agama, dan antara kehidupan tradisional dan kontemporer.

Rianto dan Nani Topeng Losari tampil dua kali di Liege yaitu pada tanggal 22 November 2017 dan 24 November 2017.

Setelah itu mereka akan mengakhiri penampilannya di Halles de Schaerbeek, Brussels, Belgia pada tanggal 24 November 2017.
*****
Tentang Europalia

Europalia Arts Festival merupakan festival seni budaya dua tahunan terbesar dan bergengsi di Eropa yang diselenggarakan di be berapa kota di Belgia dan sekitarnya sejak 1969.

Ajang yang diinisiasi oleh Kerajaan Belgia dengan memilih secara selektif negara tamu yang menjadi tema festival dua tahunan.

Di tahun 2017 sekaligus menjadi penyelenggaraan Europalia ke-26, Indonesia mendapat kehormatan sebagai Negara tamu (Guest Country) pertama dari Asia Tenggara juga yang keempat dari Asia setelah sebelumnya China, Jepang, dan India.

Dalam pagelaran yang berlangsung selama empat bulan mulai dari 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018, Indonesia menampilkan teater, tari, musik, sastra literasi, film, seni rupa, dan gastronomi.

Dialog artistik dan karya cipta baru menjadi sentral dan mencerminkan misi EUROPALIA. Untuk itu dengan segala sesuatu yang terjadi di dunia saat ini, kita yakin akan misi ini yakni seni sebagai katalisator untuk mengenal dan saling mem ahami dengan lebih baik serta untuk mencapai perspektif baru yang diangkat melalui 3 (tiga) tema besarnya: Ancestors and Rituals, Biodiversity dan Exchange.

Galeri Nasional Indonesia mengambil bagian dalam menyuguhkan konten seni rupa tersebut.

EUROPALIA SEBAGAI PANGGUNG DIPLOMASI BUDAYA

EUROPALIA 2017 yang dibuka pada 10 Oktober lalu oleh Raja Philippe dari Belgiabersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dan berlangsung hingga 21 Januari 2018 inisekaligus menghantar wajah ragam budaya Indonesia, menyampaikan pesanmelalui kreasi warna denganmedia gerak, bunyi, suara, maupun instalasi serta artefak.

Ajang ini menjadi ruang diplomasi budaya secara luas serta menjadi ruang promosi bagi industri kreatifbidang seni dan budaya.

Nantinya ajang ini diharapkan dapat merangkul interaksi antar bangsadan negara utamanya mengangkat keberagaman seni budaya Indonesia agarlebih dipahami dan dinikmati khalayak yang lebih luaslagisehingga akanmampumemberikan magnet ketertarikan dan kecintaan yang pada akhirnya membangun serta menghadirkan komunitas seni dan budaya dari mancanegara maupun negeri sendiri dan
memberikan makna bagi Indonesia.

Tujuan keikutsertaan Indonesia dalam EUROPALIA 2017 ini adalah untuk “menduniakan keragaman budaya Indonesiayang toleran, demokratis
dan modern namun tetap menjunjung tinggi khasanah seni dan budaya”, ujar Bapak Hilmar Farid selaku DirekturJenderal Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pihak EUROPALIA Internasional pun memandang Indonesia sebagai negara multi- etnik dan multi-agama yang sudah saatnya mendapat perhatian dari masyarakat Eropa yang makin majemuk.

Selain itu diharapkan bahwa keikutsertaan ini dapatmemperkuat hubungan kerjasama Indonesia dengan negara – negara Eropa serta meningkatkan people to people understanding and contact.

Dengan demikian diharapkan bahwa EUROPALIA 2017 yang mengusung Indonesia sebagai satu-satunya Negara tamu ini dapat memberimultiplying effect melalui Ekonomi, Sosial dan Budaya.

RAMPAI INDONESIA

RampaiIndonesia adalah tagline yangmelekatpada berbagaipersembahan yang dipersiapkan dengan matang dan melalui kerja keras para pelaku
dan pencipta seni dan budaya yang lahir dari talenta- talenta muda baik melalui tradisi maupun Sekolah-Sekolah Tinggi Seni yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Dipersembahkan oleh lebih dari 316 pekerja seni dan budayawan yakni seni tari, pertunjukan, musik, instalasi, film yang menyuguhkan lebih dari 247 karya dan event yang dapat dinikmati oleh khalayak pecinta seni melalui ajang EUROPALIA 2017 di beberapa kota di Belgia dan di 6 negara Eropa lainnya seperti Belanda, Jerman, Perancis, Inggris, Austria dan Polandia.

BEBERAPAHIGHLIGHTS
ANCESTOR DAN ARCHIPEL

Pameran Ancestor menampilkan aneka ragam cara orang Indonesia menghargai leluhur. Kita adalah bangsa yang menghargai sejarah, namun berbeda-beda cara mengungkapkannya. Berbagai tradisi budaya - mulai dari Kirab hingga Mudik, memperlihatkan ingatan terhadap leluhur masih mewarnai kehidupan masakini.

Pameran Archipel memperlihatkan budaya maritim Indonesia, gugusan pulau-pulau katulistiwa yang disatukan oleh laut.

Hubungan antar pulau terwujud dalam berbagai teknologi perkapalan, pengetahuan navigasi,serta aneka ragam tradisi. Kemampuan untuk mengarungi lautan inisudah ada sejak lama, jauh lebih lama daripada kedatangan pelaut-pelaut dari Barat.
POWER AND OTHER THINGS

EUROPALIA Indonesia menampilkan berbagaipameran dan pagelaran, di antaranya pameran seni rupa yang diberi judul Power andOther Things.
Kurator pameran berupaya menampilkan berbagai zaman dalam perkembangan senirupa Indonesia, dengan fokus perkenalan, pertemuan, perpaduan, tegangan dan konflik yangikut membentuk gagasan dan praktek senirupa Indonesia modern dan kontemporer.
TENTANG EUROPALIA
Sejak 1969 EUROPALIA telah menyelenggarakan art biennales, dimana pada setiap penyelenggaraannya berfokus dan menyajikan keunikan karya seni dan budaya pada masing-masing negara tamu.

Ajang yang menyajikan multidispin program mencakup ratusan pertunjukan berlangsung selama empat bulan dan menyuguhkan ratusan seniman dan pekerja seni lainnya diberbagai kota yang menjadi tuan rumah di Belgia maupun negara lainnya.

EUROPALIA telah memikat penonton Eropa yang luas tidak hanya dengan pameran, tapi juga dengan seni pertunjukan, rupa, instalasi, musik, sastra, konferensi dan filmserta warisan budaya.

Menjadi ajangyangsanggupmenjadisorotan tidak hanya pada nama besar pelakunya, namun juga pada pendatang baru berbakat.

Warisan budaya dan tradisi memainkan peran penting, namun karya kontemporerjuga berperan. Kreasi karya dan interaksiyang terbentuk antara seniman dari negara tamu dan dari Eropa telahmendapat perhatian yangberarti.
Informasi yang ditawarkan kepada publik khususnya pada generasi muda memberikan wawasan dan pemahaman budaya yang lebih luas.

Ini menimbulkan dialogterbuka antara budaya dalamsuasana yang lebih baik antara seniman negara tamu dan pengunjung setempat.

Festival EUROPALIA membawa dan membuka peluangkerjasama jangka panjang antara para mitra artistik danmembangun kepercayaan untuk penampilan pada ajang lain baikdi dalam maupun di luar Eropa melalui jaringan internasional.

#europaliaID
#RampaiIndonesiadiEropa
Facebook @Europalia_ID
Twitter dan Instagram @id_europalia
*****

0/Comments = 0 Text / Comments not = 0 Text

Lebih baru Lebih lama
YofaMedia - Your Favourite Media
Ads2